Rechercher dans ce blog

Jumat, 18 Juni 2021

Bukan Opini Biasa Oleh: Widi Nugrahani - Jawa Pos

RASA syukur yang tak terhingga masih bisa bertemu dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah tahun ini. Bulan di mana banyak insan diajarkan untuk menjadi insan lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Tidak hanya dalam hal bersikap tetapi juga dalam hal berucap atau beropini. Mengapa demikian? Karena setiap ucapan/ opini menjadi cermin dari kepribadian seseorang.  Seandainya ada perbedaan opini dalam pergaulan sehari-hari itu wajar saja. Namun hendaknya perbedaan itu menjadikan sesuatu yang mampu memunculkan ide yang baru dan bagus,  jangan malah sebaliknya.

Menurut Etimology (ilmu tentang asal kata), Opini publik adalah terjemahan dari kosa kata bahasa Inggris Public Opinion. Dilihat dari sudut asal katanya “Etymology” Public Opinion asalnya dari bahasa Latin “Opinari dan Publicus”. Yang mana Opinary adalah berpikir atau menduga, di dalam bahasa Inggris juga mengandung arti option dan hope yang berasal dari bahasa latin “optio”, sedangkan publicus memiliki arti milik masyarakat luas. Opini publik menurut William Albiq adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Menurut penulis dari interaksi antar individu yang mempunyai kedekatan dengan masalah maka mampu memunculkan opini yang negatif maupun positif.

 Opini publik awalnya dimulai dengan sikap orang-orang terhadap isu yang masih tanda tanya. Misalnya pertanyaan tentang Apakah anak yang orang tuanya berpisah pasti anak tersebut bermasalah?  Jawabannya tidak semua anak yang orang tuanya berpisah selalu bermasalah. Bahkan penulis selalu bertemu dengan anak yang orang tuanya berpisah justru menjadi suri teladan bagi teman-temannya.   Atau pertanyaan apakah wanita yang berstatus janda selalu berperilaku negatif? Jawabannya tidak semua wanita yang berstatus janda selalu berperilaku negatif. Penulis banyak bertemu dengan wanita yang berstatus janda justru menjadi tulang punggung keluarga. Ada wanita berstatus janda yang menjadi penggerak kebajikan. Ada wanita berstatus janda justru penggerak ekonom yang hebat mengalahkan wanita yang tidak berstatus janda. Atau pertanyaan apakah berutang itu tanda kemiskinan? Jawabannya tidak semua orang yang berutang itu miskin. Terjadinya utang karena kebiasaan yang tak bisa terelakkan.  Atau pertanyaan apakah kaum disabilitas selalu tergantung kepada orang lain? Jawabannya tidak semua disabilitas bergantung pada orang lain. Banyak dari disabilitas yang justru menjadi pelopor rasa kemanusiaan bahkan pelopor kestabilan ekonomi mengalahkan orang yang normal secara fisik.

Baca juga: Penyu Banyuwangi: Peluang Riset dan Tantangan Konservasi

Menurut penulis tingkat kecerdasan sikap, emosi dan pendidikan akan menentukan ketika seseorang beropini.  Kalimat yang terlontar atas hasil olah pikir seseorang. Bahasa tubuh menjadi simbol dari kepribadian seseorang. Dengan hadirnya bulan Ramadan ini semoga opini negatif tersebut di atas tidak seharusnya tumbuh subur.  Yang sangat harus dihindari hal yang mengerikan ketika mengucapkan opini  negatif tanpa dasar disertai dengan gelak tawa yang seolah opini tersebut benar adanya. Ini menandakan bahwa kecerdasan secara emosi sangat rendah.

Pengaruh opini sangat besar sekali. Hendaknya hal ini disadari bahwa apa yang menjadi opini yang sudah telanjur terlontar bisa menyayat hati jika bernuansa negatif. Seperti kalimat tajamnya pisau tak setajam lidah. Pertanda bahwa kalimat yang terlontar harus selalu dijaga. Jika menyakitkan yang mendengarkan janganlah dilontarkan. Mengapa? Karena semua kalimat akan menuai akibat pada akhirnya. Pelontar opini kadang lupa akan hal itu. Semuanya ada yang namanya hukum kausalitas atau hukum sebab-akibat. Dan itu pasti adanya. Di bulan Ramadan kita diajarkan untuk memulai semuanya dengan kebajikan juga di dalam beropini.

Saat ini yang dengan mudah beropini misalnya di WA Group. Cobalah untuk beropini yang bermuatan positif. Beropini tidak memonopoli grup berarti Anda telah menempatkan diri sebagai insan yang menghargai keberadaan orang lain dalam group. Beropini selalu memberikan informasi baru tanpa hoax berarti Anda pencinta kedamaian. Marilah kita mulai opini yang bernuansa positif. Semua bentuk tuturan akan kembali lagi kepada Sang Penutur. Karena beropini positif merupakan bukan opini biasa maka dampaknya juga luar biasa bagi Sang Penutur opini dan Pembaca opini. (*)

*) Guru SMKN I Glagah, Banyuwangi.

Adblock test (Why?)


Bukan Opini Biasa Oleh: Widi Nugrahani - Jawa Pos
Ngelanjutin Artikel nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan PKB Desak Pemerintah Kategorikan Judi Online sebagai Kejahatan Luar Biasa - Tempo.co

[unable to retrieve full-text content] Alasan PKB Desak Pemerintah Kategorikan Judi Online sebagai Kejahatan Luar Biasa    Tempo.co Alasan...