Tanda-tanda Mercedes mulai goyang, menurut Hill, terjadi saat GP Monako, lomba kelima Kejuaraan Dunia Formula 1 2021 yang digelar tepat sebelum GP Azerbaijan.
Hasil GP Monako membuat untuk kali pertama sejak GP Inggris 2018 di Silverstone, Mercedes tidak mampu memimpin salah satu klasemen, pembalap maupun konstruktor.
Tiga tahun lalu, rival terberat mereka adalah Sebastian Vettel dan Scuderia Ferrari. Kali ini, mereka harus menghadapi Max Verstappen dan Red Bull Racing-Honda.
Di trek jalan raya Baku City Circuit, Azerbaijan, Mercedes juga terlihat sangat kesulitan. Max Verstappen dan Sergio Perez terlihat nyaman di atas Red Bull RB16B saat balapan. Juara dunia Lewis Hamilton (Mercedes) tampaknya sudah siap finis di P3.
Lewis Hamilton, Mercedes, Max Verstappen, Red Bull Racing-Honda.
Namun semua menjadi kacau saat Verstappen mengalami pecah ban, hanya beberapa lap sebelum finis (51 lap lomba). Balapan pun restart dengan hanya menyisakan dua lap. Hamilton membuat kesalahan hingga hanya finis P15 sedangkan Perez naik podium utama.
Di Monako, Mercedes masih sedikit terhibur dengan finis di P7 setelah Valtteri Bottas mundur karena kesalahan kru saat pit stop. Tetapi di Baku, Mercedes tidak mampu merebut poin karena Bottas hanya mampu finis P12.
Inilah hasil tanpa poin pertama Mercedes sejak GP Austria 2018. Namun, saat itu Hamilton (fuel pressure) dan Bottas (hidrolik) mundur karena masalah teknis.
Damon Hill, pemenang 22 Grand Prix F1 antara 1992-1999, mengikuti dengan serius persaingan antara Mercedes melawan Red Bull Racing dan Lewis Hamilton menghadapi Max Verstappen.
“Semua bisa melihat sesuatu yang tidak pernah terjadi di F1 era turbo-hybrid, yakni Mercedes benar-benar dalam tekanan,” kata mantan pembalap asal Inggris tersebut.
“Red Bull hanya berada di posisi kedua (di bawah Mercedes) untuk urusan power mesin tetapi mampu mengejar mereka. Kondisi ini membuat Mercedes dalam tekanan yang luar biasa. Mereka tidak bagus di Monako dan sangat buruk di Baku.”
Sergio Perez, Red Bull Racing RB16B, Lewis Hamilton, Mercedes W12, saat turun di F1 GP Azerbaijan, Minggu (6/6/2021).
Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images
Hill menilai, jika situasi seperti ini terus berlanjut, Mercedes tidak akan mampu fokus membangun musim depan dengan basis mobil yang superior, seperti musim-musim sebelumnya.
Mercedes kemungkinan hanya akan melakukan beberapa perubahan kecil dan tidak akan mengembangkan sasis 2021 secara gila-gilaan.
“Di sisi lain, Red Bull Racing sudah sangat bersemangat untuk bertarung merebut gelar. Mereka melihat ini kesempatan paling besar dan merasa kans untuk kembali juara lagi sejak terakhir pada 2013, sangat terbuka,” ucap Hill.
“Secara umum, persaingan seperti ini akan membuat tekanan bakal naik. Pengalaman menunjukkan, situasi seperti ini bisa memicu kesalahan-kesalahan,” kata Hill yang kini menjadi bagian dari tim penyiaran Sky Sports F1.
Dalam persaingan seperti Mercedes dan Red Bull Racing saat ini, peran pembalap sangatlah menentukan.
Di Baku, kesalahan Hamilton yang tidak sengaja menekan “magic button” yang mengatur sistem rem dan suhu untuk ban, menunjukkan bila juara dunia tujuh kali (2008, 2014, 2015, 2017-2020) pun masih bisa gugup jika dalam konsdisi tertekan.
“Zaman saya dulu membalap, hanya ada empat tombol di steering wheel. Itu saja saya masih kerap salah memencetnya,” kata Hill, 60 tahun.
“Kini, banyak sekali tombol di setir. Itu sangat rentan bagi pembalap untuk membuat kesalahan. Saat restart di Baku lalu, Hamilton mungkin juga agak kaget melihat betapa agresif Sergio Perez menutup celah demi menjaga posisinya.”
dibagikan
komentar
Hill: Mercedes dalam Tekanan Luar Biasa - Motorsport.com Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar