Merdeka.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker), Azka Aufary Ramli turut berkomentar soal meme Jokowi: King of Lip Service. Menurut Azka, apa yang dilakukan BEM UI merupakan sebuah bentuk kritik terhadap rezim.
Ia menilai fenomena ini merupakan akumulasi kekecewaan dari mahasiswa. Serta menganggap wajar apa yang dilakukan oleh BEM UI.
"Apa yang disuarakan oleh kawan-kawan BEM UI itu hal yang biasa terjadi, jadi pihak rektorat UI tidak perlu lebay menanggapinya," kata Azka dalam keterangan tulis, Senin (28/6).
Menurutnya, ini merupakan akumulasi kekecewaan sejak aksi mahasiswa September 2019 lalu. Setiap mahasiswa menyampaikan aspirasi selalu ada pembungkaman, tindakan represif di lapangan, intervensi pihak kampus, serangan buzzer yang berlebihan, dan banyak lainnya. Dan bahkan apa yang diaspirasikan mahasiswa hanya diterima sekedar “formalitas”, dan hal inilah yang menyebabkan julukan “The King of Lip Service” bagi Presiden Jokowi akhirnya tersebar cepat resonansinya.
“Mahasiswa sejatinya merupakan pilar penting di masyarakat, khususnya dalam fungsi controlling setiap kebijakan dan situasi sosial politik di bangsa kita. Jadi, apa yang disuarakan kawan-kawan UI merupakan hal lumrah menurut saya, pihak Rektorat UI jangan terlalu lebay menanggapinya. Ini bagian dari pelibatan publik di negara demokrasi.” Azka.
Bukan Penghinaan Presiden
Azka memandang, apa yang dilakukan BEM UI dengan meme Jokowinya bukanlah sebuah bentuk penghinaan. Menurutnya selama hal itu objektif dan substansial, maka tak ada maslah dengan aspirasi tersebut.
"Tinggal saat ini kawan-kawan BEM UI menyampaikan ke publik, landasan apa yang akhirnya memberikan label pak Jokowi seorang The King of Lip Service," tuturnya.
“Asal bukan karena sentimen semata aja ya,” tambahnya.
Debat Panas Ade Armando dan BEM UI
Blok Politik Pelajar yang diwakili oleh Delpedro Marhaen menantang debat terbuka Akademisi Universitas Indonesia (UI) yang sekaligus mengaku sebagai penggemar Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Ade Armando. Debat yang dilakukan pada Senin malam (28/6) itu digelar secara daring lewat Zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube.
Debat tersebut membahas soal tudingan BEM UI yang menyebut Jokowi sebagai King of Lip Service dalam salah satu unggahan di akun resminya. Dalam jalannya debat, Delpedro bertanya kepada Ade apakah ia sepakat dengan narasi Jokowi 3 periode. Pertanyaan itu spontan dijawab Ade dengan ucapan tidak.
Kemudian Delpedro berkata bahwa pihaknya malahan tak sepakat bahwa Jokowi merampungkan masa jabatannya pada periode kedua ini.
"Bang Ade tidak sepakat Jokowi 2 periode, kalau kita tidak sepakat Jokowi beres periode ini," tegasnya.
Pernyataan itu menurut Delpedro sebagai bentuk rasa muak akan segala kebijakan Jokowi selama ini yang dinilainya tak seirama dengan pernyataan-pernyataan mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sementara itu Ade mengaku tak ada maslah dengan kritikan BEM UI terhadap Jokowi. Justru ia merasa heran mengapa seolah-olah meme BEM UI itu menjadi ramai diperbincangkan.
"Jangan cemen, saya mau bilang yang cemen juga bukan anda nih. Saya heran sama BEM UI yang gak mau tampil bareng saya, itu dikatakan kepada Kompas TV, si Leon ya. Dia itu bilang lagi di safe house, terus dia gak mau ketemu saya," jelas Ade.
Pro kontra soal meme yang diunggah BEM UI mencuat lantaran dalam konten berupa gambar tersebut menyebut bahwa Jokowi sebagai King of Lip Service. Buntut dari unggahan ini jajaran BEM UI dipanggil oleh pihak rektorat pada Minggu petang (27/6/2021).
Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra mengatakan, dalam pemanggilan itu, pihaknya ditanya oleh rektorat apakah bisa menghapus postingan meme soal Jokowi tersebut.
"Kemudian pihak rektorat juga bertanya, apakah bisa postingan tersebut takedown? Kami menyatakan tidak mungkin atau tidak bisa," ujar Leon kepada Liputan6.com, Senin (28/6/2021).
Menurut Leon, pihak kampus tak menjelaskan alasan ihwal permintaan untuk menurunkan postingan tersebut. Setelah itu, pihak rektorat menjelaskan ke jajaran BEM UI bakal membahas hasil pertemuan itu ke level atas.
"Kemudian pihak rektorat menyampaikan bahwa akan membahas hasil klarifikasi dari kami kepada tingkat universitas," ujar dia.
Selain ditanya soal itu, di sana Leon dan rekannya juga diminta untuk mengklarifikasi maksud dan tujuan meme tersebut. Di hadapan pihak rektorat, Lenon menerangkan bahwa maksud unggahan itu adalah untuk mengkritik ucapan Jokowi supaya bisa seiman dengan kebijakannya.
"Kami jelaskan tujuan kami itu untuk mengkritik agar Pak Jokowi bisa memastikan bahwa pernyataan-pernyataan beliau sesuai dengan realita di lapangan pada pelaksanaannya," ujar Leon.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com [gil]
'Kritik BEM UI Hal Biasa, Pihak Rektorat Tak Perlu 'Lebay' Menanggapi' | merdeka.com - Merdeka.com
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar