Jakarta, CNBC Indonesia - Ustaz Yusuf Mansur kembali menjadi perhatian pelaku pasar saham domestik. Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur'an, dan juga pemilik perusahaan aset manajemen PT Paytren Aset Manajemen (Paytren) membuat postingan di instagram membeli saham PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL).
Sontak saham emiten yang bergerak di bidang usaha penjualan real estate PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) tiba-tiba melonjak tinggi pada perdagangan, Senin (16/8/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada saat penutupan kemari, saham REAL melonjak hingga 34,00% ke Rp 67/saham. Nilai transaksinya pun jumbo Rp 32,28 miliar, melampaui nilai transaksi biasanya yang berada di rentang Rp 850 ribu sampai ratusan juta rupiah.
Saham ini cenderung saham 'tidur', karena jarang sekali beraktivitas di bursa sejak debutnya pada 6 Desember 2019. Terakhir kali saham REAL bergerak adalah pada 26 November 2020 ketika ditutup naik 4,00% ke Rp 52/saham.
Memang, saham ini hanya sempat menikmati 'kejayaan' pada awal-awal sejak 'manggung', puncaknya pada 3 Januari 2020 ketika ditutup di harga tertinggi sepanjang masa Rp 540/saham. Setelah itu saham ini bergerak menurun hingga akhirnya di level Rp 50/saham sejak 27 Juli 2020.
Yusuf Mansur membeli saham REAL via perusahaan sekuritas UOB Kay Hian Sekuritas itu dilakukan di harga saham Repower saat ini yakni Rp 50/saham sehingga dana yang dikucurkan sekitar Rp 30 miliar.
"Saya 6 juta lot [600 juta saham], itu baru aksi perdana abis berikutnya beli pake aset inbreng, berikutnya, ga pake duit," kata Yusuf Mansur kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (16/8).
Yusuf Mansur sebelumnya sudah memegang beberapa saham di antaranya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), ketika masih bernama PT Bank BRISyariah Tbk saat belum merger dengan dua bank syariah BUMN lainnya, lalu saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), emiten peternakan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Lantas apa sebetulnya tujuan Yusuf Mansur membeli saham kategori gocap ini?
Secara kinerja, per Maret 2021, penjualan REAL baru mencapai Rp 4,94 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 4 miliar. Sementara laba bersih di Q1-2021 baru mencapai Rp 580 juta, naik 41,23% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 410,67 juta.
Tahun lalu, laba perusahaan turun menjadi Rp 1,02 miliar dari tahun sebelumnya Rp 1,38 miliar, dengan pendapatan naik menjadi Rp 12,68 miliar dari sebelumnya Rp 10,13 miliar.
Tapi aset perusahaan di Maret 2021 mencapai Rp 352,23 miliar, dari akhir Desember 2020 sebesar Rp 352 miliar. Dari jumlah aset itu, aset lancarnya saja mencapai Rp 179 miliar.
Kewajiban perusahaan di Maret 2021 hanya sebesar Rp 1,67 miliar, dari Desember 2020 sebesar Rp 2,61 miliar. Adapun ekuitas mencapai Rp 350,56 miliar dari Rp 349,98 miliar di Desember 2020 sehingga tingkat rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) hanya 0,004 kali.
YM menegaskan ada rencana besar di balik upayanya membeli saham emiten 'gocap' ini.
"Bismillaah walhamdulillaah. Ini saham gocap, hehehe. tapi fundamentalnya bagus. Bisa jadi kendaraan buat seluruh bisnis properti. Entar kita kelola yang bener ini perusahaan. Bukan jadi perusahaan goreng-gorengan. Tumbuh dan besar bareng, saya masuk dengan izin Allah jadi pemegang sahamnya," kata YM dalam unggahan di akun Instagramnya, @yusufmansurnew.
Dia mengatakan banyak potensi menarik di bisnis REAL ke depan, misalnya pengembangan pesantren di 100 kota dan bisnis propertinya.
"Yang berarti akan ada 100 proyek properti, sebab nempel sama pesantren... keptif market [captive market] banget-banget... atau mengundang pemilik-pemilik tanah kecil.... 100 meter sampai dengan 1000 meter.... di kota-kota besar... diisengin bangun cluster kecil-kecil.. pemilik tanah langsung jadi CEO, yang ngerajut, REAL... ini bakal gila... masuk 1000 tanah aja... udah langsung 1000 cluster... kita bisa rights issue bareng... inbreng aset... gede banget ini."
Luar Biasa! Yusuf Mansur Bangkitkan Saham Gocap dari Tidur - CNBC Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar