Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati berbagi cerita pengalaman hidupnya yang dipercaya menjabat sebagai Menteri Keuangan dua periode pemerintahan. Baik di Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) maupun Presiden Joko Widodo (2019-2024).
Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam acara Kementerian Keuangan CERDIK (Cerita di Kemenkeu Mengajar) 'Future Leaders' secara virtual, Senin (25/10).
Perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini mengatakan, profesinya sebagai ekonom sering menghadapi suatu fenomena yang luar biasa, bahkan berulang dan berdampak pada kehidupan pribadi, masyarakat, hingga dunia.
"Jadi kalau saya mungkin sebagai ekonom waktu itu baru lulus ya seperti kemudian dihadapkan pada krisis ekonomi tahun 1997-1998 habis selesai PhD. Nah ini sama berarti diuji ilmu yang dipelajari masih tidak memadai karena masalah yang dihadapi dalam realita itu jauh lebih kompleks yang tidak hanya ada di dalam teks book, yang tidak hanya kompleksitas mengotak-atik data untuk membuat disertasi. Tapi ini kita bicara tentang the real life of people," kata Sri Mulyani.
Menurutnya, krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997-1998 itu memberikan pengalaman yang luar biasa untuk cerminan ke depannya dalam menghadapi krisis yang hampir serupa.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, pada tahun 2004 dia dilantik menjadi menteri keuangan. Setelah menjabat menteri keuangan, dia dihadapkan dengan fenomena luar biasa lainnya yaitu tsunami Aceh, lalu krisis finansial global tahun 2008-2009. Sehingga, fenomena tersebut mendorong Sri Mulyani untuk merumuskan kebijakan.
"Saya masuk kepada kabinet suatu pekerjaan yang barangkali juga merupakan sesuatu yang tidak pernah kita siapkan. Tapi kalau begitu ada panggilan ya kita harus menjalankan dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya dan waktu menjadi anggota kabinet itu nggak biasa-biasa saja gitu, ada peristiwa seperti tsunami Aceh yang itu kan juga sesuatu yang extra-ordinary," ujarnya.
Dia melanjutkan, global financial crisis atau krisis global tahun 2008-2009 yang mengguncangkan seluruh sektor keuangan dunia, dan Indonesia ikut terguncang. Walaupun sebetulnya persoalannya dari negara-negara maju terutama di Amerika dan menjalar ke Eropa. Kondisi ini juga menguji kembali pengetahuan, pengalaman, insting dan intuisi Sri Mulyani.
"Untuk merumuskan kebijakan diperlukan seluruh kemampuan analitik demi merumuskan langkah-langkah. Sama halnya dalam membuat metodologi ilmiah, namun bedanya dalam metodologi ilmiah membutuhkan laboratorium."
Curhat Sri Mulyani Hadapi Fenomena Luar biasa Selama Menjabat Jadi Menteri | merdeka.com - Merdeka.com
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar