Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, mempertanyakan bagian yang luar biasa dari dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dimaksud Profesor di National University of Singapore (NUS), Kishore Mahbubani.
Menurutnya, berbagai fakta bertolak belakang dengan pernyataan Keshore yang menjabat Dewan Penasihat Golkar Institute tersebut.
"Jadi perlu dijelaskan, bagian mana [Jokowi] yang luar biasa?" kata Mardani kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/10).
Dia membeberkan, fakta justru menunjukkan bahwa indeks demokrasi serta indeks perspektif korupsi Indonesia mengalami penurunan selama Jokowi menjabat sebagai Presiden RI. Pertama, fakta bahwa Indeks Demokrasi kita turun dan Indeks Persepsi Korupsi kita juga turun. Terjadi di zaman Pak Jokowi.
Dia berkata, fakta juga menunjukkan bahwa hasil tes Program for International Student Assesment (PISA) menempatkan posisi Indonesia jauh tertinggal dari negara di kawasan ASEAN lainnya seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand adalah fakta.
Menurut Mardani, pernyataan Mahbubani itu juga tidak sejalan dengan fakta Indonesia yang masih mengimpor bahan pangan dalam skala besar, hingga politik dinasti dan politik uang yang masih terjadi di era Jokowi.
"Fakta bahwa kita adalah bangsa agraris yang impor demikian banyak bahan pangan seperti gula, gandum, bahkan beras. Fakta bahwa dinasti politik dan money politic juga masih ada di negeri ini," tutur anggota Komisi II DPR RI itu.
Demokrat Ragukan Klaim Profesor Singapura soal Jokowi
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat juga meragukan Profesor Kishore yang mengklaim bahwa pandangannya soal Jokowi merupakan pemimpin paling efektif dan jenius tak terpatahkan.
Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mewanti-wanti bahwa pernyataan Kishore bisa jatuh dalam jurang subjektifitas. Kamhar lalu menyoroti sejumlah kebijakan Jokowi yang justru kerap memancing reaksi publik, terutama terkait demokrasi.
"Ada banyak juga pihak yang mempertanyakan penilaian ini, karena banyak elemen civil society yang menyuarakan bahwa kualitas demokrasi Indonesia menurun," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/10).
Kamhar, misalnya menyoroti kualitas kebebasan berpendapat atau kritik terhadap pemerintah yang justru kerap direspon dengan jerat hukum, seperti perburuan dan penghapusan mural.
Dia turut mengutip data soal persepsi demokrasi di Indonesia yang dirilis The Economist Intelligence Unit (IEU). Dalam laporannya, IEU mencatat indeks demokrasi Indonesia kini pada posisi terendah dalam kurun waktu 14 tahun terakhir dengan skor 6,3. Angka itu lebih rendah dibanding Timor Leste, Filipina, dan Malaysia.
Meski demikian, Kamhar mengaku menghormati klaim Kishore atas Jokowi. Sebagai pakar dan intelektual yang reputasinya diakui dunia internasional, dia menilai Kishore tentu akan cermat dan seksama dalam membuat pernyataan.
Sebelumnya, Mahbubani mengklaim tidak ada yang mematahkan pandangannya bahwa Jokowi adalah presiden yang paling efektif di dunia saat ini.
Klaim itu disampaikan Mahbubani lewat sebuah artikel berjudul 'The Genius of Jokowi' yang dirilis Project Syndicate. Dalam artikel berbentuk opini itu, Mahbubani menganggap Indonesia di tangan Jokowi menerapkan model pemerintahan yang baik alias good governance yang patut dipelajari seluruh dunia.
"Belum ada orang yang mematahkan klaim saya bahwa Jokowi adalah salah satu presiden yang paling efektif yang dipilih secara demokratis di dunia," kata Mahbubani dalam dialog 'Signifikasi Indonesia dalam Presidensi G20 Tahun 2022' yang digelar Golkar Institute secara daring pada Rabu (27/10).
Dia menyatakan Indonesia merupakan negara yang terberkati dengan kepemimpinan yang luar biasa. Menurutnya, masyarakat Indonesia harus bangga memiliki seorang presiden seperti Jokowi.
Mahbubani juga menyebut, kepemimpinan luar biasa Jokowi membuat Indonesia mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi KTT) G20. Mahbubani yakin, Indonesia memiliki budaya musyawarah dan mufakat sehingga bisa membawa kegiatan internasional KTT G20 ke tingkat yang lebih tinggi.
(thr)PKS Sentil Profesor Singapura: Jokowi Luar Biasa Bagian Mana? - CNN Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar