Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengklaim belum ada tokoh yang luar biasa yang berpeluang besar menjadi calon presiden di Pemilu 2024 sebagaimana yang terjadi pada fenomena Joko Widodo pada Pilpres 2014.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid pun menyinggung sejumlah nama, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, maupun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Meski unggul di survei, dia menilai nama-nama itu belum bisa menyamai catatan keunggulan Joko Widodo sebelum maju di Pilpres 2014.
"Kami optimis aja. Karena belum ada tokoh yang luar biasa," ucap Jazilul kepada wartawan di kompleks parlemen, Rabu (29/12).
Pernyataan Jazilul sekaligus merespons tingkat elektabilitas Ketua Umumnya, Muhaimin Iskandar, yang kerap berganti 'nama panggung' mulai dari Cak Imin, Gus AMI, hingga Gus Muhaimin, yang rendah dalam sejumlah hasil survei.
Meski begitu, ia tetap optimistis sebab nama-nama lain yang diunggulkan pun belum sepenuhnya kuat.
Jazilul mencontohkannya dengan Ganjar. Meski menjadi yang terkuat di antara beberapa nama lain, katanya, politikus PDIP itu tak memiliki momentum politik segemilang Jokowi.
Menurutnya, popularitas atau momentum Ganjar justru terus menurun dari waktu ke waktu. Ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan Jokowi saat secara beruntun maju dan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan tak lama dan menang di Pilpres pada 2014.
" Kalau dulu kan, kita mengaca Pak Jokowi beliau selalu dapat momentum. Dari Solo ke Jakarta, momentum jadi gubernur, abis itu masuk ke pilpres," katanya.
"Berbeda dengan Pak Ganjar. Meskipun sekarang katanya bagus, beliau momentumnya turun. Jadi setelah menjadi gubernur, turun. Dan itu masih jauh ke agenda pilpres," lanjut Jazilul, yang juga Anggota Komisi III DPR itu.
Momentum itu pula, lanjut dia, yang dialami beberapa nama potensial lain, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil maupun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Meski demikian, dia mempersilakan jika sejumlah nama itu berniat maju di Pilpres 2024. Namun, ia meyakini bahwa momentum pilpres kali ini akan jauh berbeda bagi para politikus dibanding kontestasi Pilpres sebelumnya.
Infografis Head to Head Ganjar vs Puan. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)
|
"Jadi beda nuansanya. Abis itu turun, ya nggak tahu mau ngapain abis itu. Kalau mau nyalon ya silakan. Di sini terbuka semuanya. Tapi momentumnya nggak ketemu," ucap dia.
Sebelumnya, sejumlah hasil survei menunjukkan persaingan ketat antara Ganjar dan Prabowo Subianto di sejumlah survei.
Survei Politica Research and Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) pada 12 November hingga 4 Desember, misalnya. Ganjar unggul dengan elektabilitas 17,2 persen, disusul Prabowo 14,6 persen, dan Anies dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan 9,1 persen.
Dalam salah satu simulasi koalisi partai pengusung, yakni antara PDIP, Golkar, PPP, dan PKB, nama Muhaimin muncul sebagai capres alternatif keenam, di bawah Ganjar, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Puan Maharani, dan Airlangga.
Dalam survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada 8-16 Desember, Prabowo unggul tipis (19,7 persen) atas Ganjar (19,2 persen).
Survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) pada November memperlihatkan Prabowo meraih elektabilitas 23,9 persen, disusul Ganjar dengan 23,9 persen dan Anies di tempat ketiga dengan 12,5 persen.
Saat dimintai komentar soal pencalonannya di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo berulangkali menyebut tengah fokus menangani pandemi Covid-19 di daerahnya. Ia juga mengaku tetap sebagai kader 'Banteng' meski digadang-gadang sejumlah partai dan relawan.
(thr/arh)Ganjar Kerap Unggul di Survei, PKB Yakin Belum Ada Tokoh Luar Biasa - CNN Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar