Belanda mengaku tertarik bekerjasama dengan RI terutama di bidang energi baru terbarukan (EBT) yang sudah hadir dalam sejumlah "proyek besar-besaran". Apa saja?
Hal itu dikatakan terkait penandatanganan kesepakatan (LoI) antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Belanda, di antaranya, dalam pengembangan sektor energi, di Jakarta, Kamis (21/7).
Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda Robbert Dijkgraaf mengaku berinvestasi banyak dalam pencarian EBT yang bersumber dari matahari, angin, dan hidrogen.
"Kami memiliki beberapa proyek penelitian besar-besaran di sekitarnya (EBT). Jadi kami sangat tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia. Tidak hanya untuk kegiatan peneliti tetapi juga sampai pada tingkat industri," ujar dia di acara tersebut, di Aula B.J Habibie, Jakarta, Kamis (21/7), dikutip dari situs BRIN.
"Kami sangat senang, baru saja menandatangani LoI untuk membangun pemahaman antara kedua negara, yang kami harap dapat dilakukan tahun depan. Dan untuk benar-benar memperkuat kolaborasi pada topik-topik spesifik yang menurut saya menarik bagi kedua negara," lanjut dia.
Diketahui, Belanda dan Indonesia memiliki sejarah panjang berabad-abad dalam kerja sama biodiversitas, bahkan sebelum penjelajahnya tiba di Nusantara pertama kali. Rombongan pertama warga 'Oranje' yang tiba adalah yang dipimpin Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Pelabuhan Banten, 22 Juni 1596.
Sejak itu, hubungan dagang, penelitian, budaya, hukum terjalin, yang berujung pada penjajahan.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengakui hubungan panjang penelitian kedua pihak, terutama di bidang keanekaragaman hayati alias biodiversitas dan material sains.
"Hubungan penelitian Indonesia dengan Belanda sudah 200 tahun lebih. Khusus saat ini memang spesial karena BRIN sudah terbentuk, tadinya mereka harus bekerjasama dengan berbagai insitusi, sekarang cukup dengan BRIN," ujar dia.
Kini, Handoko menyebut kolaborasi dua pihak berlangsung dalam hal riset sektor pangan, kesehatan, dan energi terbarukan di luar nuklir.
"Kalau PLTN tidak dengan Belanda. Ini khususnya energi EBT di luar nuklir, misalnya energi angin dan biomassa juga termasuk," ujarnya.
Sebelumnya, potensi kerja sama pengembangan industri nuklir sudah dijajaki lebih dulu antara RI dan Rusia saat Presiden Jokowi bertemu Presiden Vladimir Putin, belum lama ini.
Belanda Biasa 'Memanen' Matahari hingga Angin, Mau Ajak RI? - CNN Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar