Hiruk-pikuk Jalan Ahmad Yani di Kota Bandung pada siang hari begitu meriah. Empat lajur jalan satu arah membentang dari ujung kiri hingga ujung kanan jalan. Di tengah kondisi riuhnya Jalan Ahmad Yani, gemuruh gerinda yang tengah membelah besi terdengar nyaring dari Jalan Bogor.
Jalan Bogor terletak di sebelah kanan jalan, sekitar 50 meter dari pom bensin Pertamina 34-40249. Di sepanjang Jalan Bogor dapat ditemukan puluhan tukang, pengrajin, dan penjual besi. Selain toko besi, terdapat pula beberapa toko yang menjual dan menawarkan servis pompa air tipe jet pump.
Bapak melakukan servis pompa air dari semenjak belum punya motor sampai punya motor, belum punya rumah sampai punya rumah, alhamdulillah sampai bisa punya tiga anak jugaDede Rukmana, penyedia jasa servis pompa jet pump. |
Salah seorang yang mencari rezeki di Jalan Bogor ini adalah Dede Rukmana (64). Ia menyediakan jasa servis dan menjual pompa air jet pump.
Pria yang sedari kecil tinggal di Jalan Bogor ini menyatakan bahwa bentuk pasar besi ini tidak pernah berubah. Tampilan depan toko berwarna hijau dengan lebar sekitar 1,5 meter sudah menjadi ciri khas sejak dulu.
Dede mulai menggeluti bidang servis pompa air sejak tahun 1986. Ia mengawali ketertarikannya terhadap pompa air setelah diajak bergabung bekerja bersama kakak iparnya.
"Kalau semua saudara (bapak) itu menggelutinya di bidang pengelasan, yang mengerjakan pompa itu cuma bapak sendiri," tutur Dede kepada detikJabar, Selasa (19/7).
"Bapak melakukan servis pompa air dari semenjak belum punya motor sampai punya motor, belum punya rumah sampai punya rumah, alhamdulillah sampai bisa punya tiga anak juga," lanjutnya.
Toko milik Dede Rukmana di Jalan Bogor. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar
|
Menurut Dede, pasar besi Jalan Bogor ini paling ramai dan terkenal sepanjang tahun 1980 hingga 2000-an. Selain di Jalan Bogor, pasar besi lainnya dapat ditemukan di Jalan Jatayu, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
Sayangnya, pompa air tipe jet pump sudah tidak lagi menjadi primadona. Dede menyampaikan peran pompa air di mayoritas rumah sudah digantikan dengan pompa air tipe submersible pump.
"Semenjak ada submersible (pump), jenis pompa kecil yang dangkal semacam jet pump itu menjadi kurang laku. Dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan, paling hanya terjual satu. Kalau zaman dulu, setiap hari ada yang beli atau servis," ucap bapak tiga anak tersebut.
"Kalau bapak lihat sih zaman sekarang orang sudah malas untuk beli barang bekas, terutama untuk jet pump. Apalagi harga baru submersible itu lebih murah ketimbang harga baru jet pump," tambah Dede.
Meski pompa jenis submersible lebih murah, menurutnya ada kekurangan tersendiri. Sebaliknya, tipe jet pump memiliki kelebihan.
"Repotnya, submersible itu tidak bisa diperbaiki. Kalau jet pump itu semisal rusak masih bisa diperbaiki bagian dinamonya. Biasanya kalau ada orang yang menjual submersible itu bapak nggak beli walaupun alatnya bisa nyala. Soalnya, ketika dipasang itu airnya seringkali tidak mau naik," ujarnya.
Kelebihan lain dari submersible pump adalah anti maling, tidak berisik, dan bisa menyuplai air dengan cepat. Sebagai perbandingan, submersible pump dapat menyuplai 1.000 hingga 2.000 liter air dalam waktu 10 menit. Jet pump membutuhkan sekitar satu jam untuk menyuplai air dengan debit yang sama.
Hingga kini, Dede masih menerima servis dan menjual jet pump bekas meskipun tidak banyak konsumen. Untuk membantu menambah pemasukan, Dede juga menjual pipa besi yang dapat digunakan untuk alat sumur bor.
Toko milik Dede Rukmana di Jalan Bogor. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar
|
Mundur beberapa tahun ke belakang, Dede mengaku memiliki beberapa karyawan. Namun, kini ia mengerjakan servis jet pump tersebut sendirian.
Hal itu tidak terlepas dari hantaman pandemi. Sebab, di masa pandemi, mencari uang jauh lebih sulit, termasuk pada bidang usaha yang digeluti Dede.
Ia pun harus rela melepas para pegawainya. Sebab, ia tak mampu membayar mereka. Kondisi itu merupakan yang tersulit dialaminya.
"Mereka kan nyari duit, bukan nyari kerja. Jadi, bapak mesti bayar, padahal tidak dapat duit, repot. Pokoknya semenjak Covid itu wah mencari duit itu setengah mati susahnya," tutur Dede.
"Ini pompa juga banyak yang bapak bongkar, soalnya nggak laku. Setelah di bongkar itu paling jadi besi tua rongsok. Terus terang, dari tahun 1986 sampai sekarang servis dan jual pompa itu sekarang merupakan masa yang paling sulit," imbuhnya.
'Penakluk' Besi
Salah satu anak Dede juga memiliki kios di pasar besi Jalan Bogor. Berbeda dengan orang tuanya, Dadan (41) memilih fokus dalam bidang pembuatan pagar, kanopi, dan teralis. Dalam pengerjaannya, Dadan ditemani salah satu rekannya yaitu Gugun (52).
Setia Meski Sepi hingga Ranjang Tak Biasa di Jalan Bogor - detikcom
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar