Rechercher dans ce blog

Minggu, 21 Mei 2023

Persilangan Musik Tak Biasa di Salihara - kompas.id

Kata-katanya memberikan sedikit petunjuk mengenai konser tak biasa ini. Sambil menunggu pertunjukan dimulai, para penonton berdiri sambil bercengkerama dengan circle-nya masing-masing. Menurut informasi, pertunjukan musik dimulai pukul 19.00, tapi hingga mendekati waktu yang ditentukan belum ada tanda konser dibuka.

Beberapa orang yang tak sabar terlihat gusar. Mereka duduk di tangga dan selasar bangunan yang merupakan pusat seni dan pertunjukan itu. Pukul 19.30 pintu teater dibuka. Penonton segera masuk ke ruang pertunjukan.

Secara harfiah, Tukar Suara merupakan upaya saling memberi dan menerima. Pertunjukan ini ingin menjelajahi kemungkinan dan kesempatan alternatif dalam berkarya.

Begitu masuk di dalam teater, langsung terlihat bentuk panggung yang dikatakan petugas tadi. Sebanyak 200 kursi penonton diletakkan mengeliling panggung. Berbeda dengan konser musik pada umumnya, letak kursi penonton lebih tinggi dari panggung sehingga peralatan band seperti gitar, bass, keyboard dan dua set drum, mudah terlihat.

Pukul 20.00, pembawa acara membacakan latar belakang pertunjukan Tukar Suara. Pertunjukan musik ini terdiri dari tujuh musisi dan terbagi dalam tiga babak. Musisi yang terlibat kebanyakan baru pertama kali berkarya bersama dengan sosok yang belum familiar.

"Secara harfiah, Tukar Suara merupakan upaya saling memberi dan menerima. Pertunjukan ini ingin menjelajahi kemungkinan dan kesempatan alternatif dalam berkarya,” ujar pembawa acara.

Dari tujuh musisi, beberapa nama mudah dikenali. Sebutlah Mery Kasiman yang tergabung dalam kelompok musik Potret bersama Melly Goeslaw, Anto Hoed, Aksan Sjuman dan Nikita Dompas. Adapula Ananda Badudu yang namanya dikenal setelah membentuk duo Banda Neira bersama Rara Sekar. Ada pula penyanyi dan penulis lagu Leilani Hermiasih atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Frau.

Beberapa nama lainnya tidak begitu populer. Namun, justru di situlah pertunjukan kolaborasi dari Sorge Records ini menimbulkan rasa penasaran. Dalam laman resminya, penyelenggara menuliskan bahwa pemilihan musisi, setlist, dan tata panggung, disusun sedemikian rupa agar pengalaman menikmati musik dan keseluruhan kolaborasi ini lebih khidmat.

Merry Kasiman berkolaborasi dengan Fuzzy, I di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Kolaborasi ini memberikan kejutan kepada penonton.
ARSIP KELVIN FADILLAH WAHYU

Merry Kasiman berkolaborasi dengan Fuzzy, I di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Kolaborasi ini memberikan kejutan kepada penonton.

Berisik

Babak pertama pertunjukan musik malam itu dibuka dengan penampilan berisik dari Fuzzy, I kelompok musik noise rock beranggotakan Egi Hisni (vokal), Fathara Rizqi (bass), Alyuadi Febryansyah (gitar), Hendrawan Saputra (drum), dan Dissa Kamajaya (gitar/piano/modular synth). Lagu "Vive le Deconstructivist" menjadi penanda dimulainya pertunjukan yang menciptakan kesan gaduh dan bebas.

Penampilan panggung yang intens, musik alternatif, ditambah tata cahaya dari Zamzam Mubarok yang dibuat mengikuti hentakkan dua set drum, menghidupkan suasana panggung. Fuzzy, I melanjutkan penampilan dengan membawakan lagu "Jazzy I" dan "Fazr".

Bagi yang belum familiar, sebenarnya agak sulit memahami komposisi lagu Fuzzy, I. Sejak didirikan pada 2014, Fuzzy, I memang dikenal sebagai kelompok musik yang mentah dan berisik. Untungnya ada double set drum yang membantu penonton mengikuti ketukan musik dari band ini. Kepala para penonton bergoyang seiring musik yang mengentak.

Sama seperti lagu-lagu sebelumnya, Egi Hisni dan kawan-kawan masih memainkan lagu yang melambangkan kebisingan yang mengganggu. Meski demikian, penonton tetap menikmatinya.

Memasuki lagu keempat, penyanyi dan pianis Mery Kasiman naik ke atas panggung. Lagu "Will it Ever Be" yang diciptakan musisi jazz itu "menjinakkan" kekacauan musik Fuzzy, I. Nada-nada penuh distorsi yang memainkan lagu melankolia mengantarkan penonton pada pengalaman baru mendengarkan musik. Kacau, tapi manis dan enak didengarkan.

Merry Kasiman masih menemani Fuzzy, I ketika band ini memainkan dua lagu terakhir, "Aquor" dan "F1ZR". Sama seperti lagu-lagu sebelumnya, Egi Hisni dan kawan-kawan masih memainkan lagu yang melambangkan kebisingan yang mengganggu. Meski demikian, penonton tetap menikmatinya. Hal itu terlihat dari tepuk tangan meriah dari para penonton pada akhir pertunjukan. Beberapa orang bahkan berdiri memberikan standing applause kepada para musisi.

Setelah penampilan Fuzzy, I panggung berubah menjadi mellow. Ananda Badudu bersama Tomy Herseta tampil membawakan lagu berjudul "Hiruplah Hidup". Lagu ini merupakan intisari dari keseluruhan tema mini album pertama Ananda Badudu, Angkat dan Rayakan (2021).

Musisi Ananda Badudu tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Ia membawakan beberapa lagu, seperti "Hiruplah Hidup", "Pada Nasib, Pada Arus", dan "Air Matamu, Ibu".
ARSIP KELVIN FADILLAH WAHYU

Musisi Ananda Badudu tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Ia membawakan beberapa lagu, seperti "Hiruplah Hidup", "Pada Nasib, Pada Arus", dan "Air Matamu, Ibu".

Dalam periode itu, Ananda berjuang mengatasi gangguan kesehatan mental akibat penyakit bipolar disorder. Lagu dalam album ini merupakan catatan Ananda selama melewati masa sulit itu. Di atas panggung, Ananda terlihat berusaha menahan gejolak perasaan. Ia bahkan beberapa kali berjongkok demi menahan air mata yang hampir tumpah.

Dengan suara merdu, Ananda mulai bernyanyi. Lirik lagu dan alunan musik menyerap aliran emosi. “Dan hiduplah hidup/ dan segala yang turut/ dibawanya serta mengarungi waktu/ dan semua yang lusuh…/ dibenamkan takut/ akan jua sembuh ditenangkan waktu//.

Ada jeda panjang, sebelum Ananda melanjutkan penampilannya. “Take your time, Nanda!” teriak seorang penonton memberikan dukungan untuk musisi yang merupakan mantan jurnalis Tempo itu.

Baca juga: Ananda Badudu Mencari Nama untuk Band Barunya

Selanjutnya Ananda membawakan lagu berjudul "Pada Nasib, Pada Arus". Lagu kedua menceritakan proses penerimaan Nanda ketika mendapatkan diagnosis dokter.

Menurut Ananda, proses memahami dan menerima bukan merupakan hal yang mudah. Namun toh kenyataannya diagnosis tersebut sudah menjadi bagian dari dirinya.

Liriknya berbunyi: takkan ku serahkan garis hidupku/ pada nasib, pada arus/ dan pada rasa-rasa yang tak menentu//.

Sementara lagu ketiga berjudul "Air Matamu, Ibu" menceritakan bagaimana benda-benda kenangan menemaninya dalam perjuangan.

Frau tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). . Frau membawakan lagu berjudul "Cucuku" karya seniman keroncong yang dituduh terlibat dalam aksi G30S.
ARSIP KELVIN FADILLAH WAHYU

Frau tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). . Frau membawakan lagu berjudul "Cucuku" karya seniman keroncong yang dituduh terlibat dalam aksi G30S.

Memasuki lagu keempat, Frau naik ke atas panggung. Tidak seperti biasanya, Frau tampil menyanyi sambil berdiri, sesuatu yang selama ini dihindarinya. Hampir pada setiap pertunjukan, Frau duduk di balik keyboard yang diberinya nama Oscar.

“Kalau berdiri aku tuh suka bingung tangan aku harus bagaimana. Aku memang jarang banget tampil berdiri, lebih suka duduk sambil main keyboard,” ujar musisi asal Yogya itu.

Frau menemani Ananda menyanyikan lagu berjudul "Bung dan Nona" yang menceritakan tentang tokoh-tokoh pemberani pejuang keadilan dan hak asasi manusia. Mereka adalah Marsinah, Widji Thukul, Munir, Theys Eluay, dan Maria Sumarsih.

Barulah ketika membawakan lagu berjudul "Cucuku", Frau duduk di balik keyboard dan menyanyikan lagu sambil bermain keyboard. "Cucuku" merupakan lagu ciptaan Sri Wahyuni, seorang seniman keroncong, yang ditahan dan disiksa karena dituduh terlibat dalam peristiwa peristiwa G30S. Lagu itu diciptakan Sri Wahyuni di penjara. Sejak 2019 lagu itu dinyanyikan oleh Frau.

Musisi Ananda Badudu tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Ia berkolaborasi dengan Frau dan Tomy Herseta.
ARSIP KELVIN FADILLAH WAHYU

Musisi Ananda Badudu tampil di pertunjukan musik Tukar Suara di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023). Ia berkolaborasi dengan Frau dan Tomy Herseta.

Kolaborasi Ananda Badudu, Frau, and Tomy Herseta ditutup dengan lagu berjudul "Kita Berangkat Saja Dulu" yang diciptakan oleh Ananda Badudu and Monita Tahalea.

Setelah penampilan dua segmen musik yang sama-sama menguras emosi dengan cara berbeda, penonton diajak istirahat selama 10 menit. Terdapan asupan hidrasi dari Bimo Wicaksono & Lampitan yang menyajikan minuman kaya rasa dengan campuran merica, kesegaran buah nanas, dan aroma menenangkan dari daun pandan dan kayu manis.

Babak ketiga, sekaligus terakhir merupakan penutupan dari Flukeminimix dn Bin Idris. Kolaboasi ini membawakan lima lagu berjudul "Gargantua", "9/IX", "Di Atas Perahu", "Melted Down Wait For The Sun", dan "Chariot and The Warriors of Silence".

Baca juga: Frau, antara Antropologi dan Musik

Rumit

Kolaborasi dan pergantian kelompok musik dalam setiap babak memang menciptakan kerumitan tersendiri bagi penyelenggara acara. Para petugas panggung harus mengubah tata letak panggung dan susunan alat setiap kali selesai satu pertunjukan.

Penonton yang duduk melingkari panggung dapat menyaksikan kerumitan yang seolah-olah menjadi bagian dari pertunjukkan itu sendiri. Bahkan ketika Ananda Badudu dan Frau sudah ada di atas panggung, mereka masih sibuk menyesuaikan nada dasar gitar.

Di sela-sela Frau berbicara dengan penonton, Ananda sibuk menyetel gitarnya. “Ini judul lagunya tunning,” kata Ananda, yang disambut gelak penonton.

“Oh iya, kalau orang Jawa menyebutnya jambu klutuk...” kata Frau menimpali.

Ananda terlihat bingung. Kemudian ia membunyikan gitarnya sehingga muncul suara yang menyerupai frasa "jambu klutuk". Lani tersenyum mendengar suara itu.

Saat menulis lagu aku membayangkan membawakan lagu ini di ruang tertutup. Penonton mendengarkan sambil duduk sehingga terasa khusyuk. Ini bikin aku emosional karena untuk pertama kali, bayangan itu terwuju

Ananda menuturkan, penampilannya di Tukar Suara sesuai dengan ekspektasi ketika menciptakan lagu. “Saat menulis lagu aku membayangkan membawakan lagu ini di ruang tertutup. Penonton mendengarkan sambil duduk sehingga terasa khusyuk. Ini bikin aku emosional karena untuk pertama kali, bayangan itu terwujud,” katanya, seusai tampil.

Menurut Ananda, kolaborasi musik dari Tomy Herseta dan Frau juga menambah ruh dalam lagu ini. Dengan persiapan penampilan yang hanya satu bulan dan dilakukan dari jarak jauh karena setiap musisi tinggal di kota berbeda, yaitu Tomy di Bandung, Frau di Yogya, dan Ananda di Jakarta, dinamika di atas panggung menjadi unik.

Sementara itu, Frau mengatakan suatu kehormatan karena ia bisa membawakan lagu-lagu Ananda Badudu yang kuat dengan karakter musik dan liriknya. “BIasanya aku hanya mendengar, sekarang menyanyikan lagu itu. Ini pengalaman istimewa,” ujarnya.

Pertunjukan ini memiliki total durasi susunan lagu kurang lebih 120 menit. Dengan kapasitas penonton terbatas, tata panggung yang dibentuk sedemikian rupa, menciptakan pengalaman menyaksikan konser musik dan kolaborasi yang khidmat, dan tentu saja nikmat.

Baca juga: Dream Theater Lagi dan Lagi

Adblock test (Why?)


Persilangan Musik Tak Biasa di Salihara - kompas.id
Ngelanjutin Artikel nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Panwasrah: PON beri dampak ekonomi yang luar biasa untuk tuan rumah - ANTARA

[unable to retrieve full-text content] Panwasrah: PON beri dampak ekonomi yang luar biasa untuk tuan rumah    ANTARA Panwasrah: PON beri d...