Penggunaan rokok elektrik atau vape yang dikombinasikan dengan rokok konvensional hampir jadi 'budaya' di antara para perokok muda.
Tapi, nasib buruk harus dihadapi remaja asal Klaten, Jawa Tengah, Rico Thomas Dwi Ardhana. Paru-parunya kolaps setelah konsisten merokok elektrik atau vape dibarengi rokok konvensional selama tujuh tahun lamanya.
Remaja 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu kini harus bolak-balik ke rumah sakit. Rico pun telah divonis mengidap faringitis dan bronkitis akut. Dia harus menjalani perawatan agar bisa tetap hidup dengan nyaman.
Rico mengaku, sebelum dinyatakan mengalami faringitis dan bronkitis, dia sering batuk yang tak kunjung sembuh. Batuk ini juga dibarengi dengan sesak napas yang kian hari makin terasa berat.
"Diagnosa pertama setelah periksa itu saya terkena faringitis akut dan bronkitis akut," kata Rico, melansir detikHealth.
Baik rokok konvensional maupun vape sama-sama berbahaya untuk kesehatan. Sebuah riset yang dilakukan FKUI dan RS Persahabatan pada 2018 lalu menemukan, sebanyak 34 dari 71 laki-laki yang menjadi responden penelitian tersebut merokok elektrik atau vape. Dari angka tersebut, 76,5 persen tetap memiliki ketergantungan nikotin.
Selain itu, vape juga mengandung berbagai bahan kimia berbahaya lainnya yang tentu bisa semakin merusak paru-paru. Dampak vape ini mulai dari iritasi, gejala pernapasan, bronkitis, asma, PPOK, pneumonia, paru-paru bocor, kanker paru, hingga evali yang menyebabkan sesak napas tiba-tiba.
Lantas, apa yang dimaksud dengan faringitis dan bronkitis akut yang dialami Rico akibat nge-vape dan rokok konvensional selama lebih dari tujuh tahun tersebut?
Menukil laman Penn Medicine, faringitis atau dikenal juga dengan istilah sakit tenggorokan adalah rasa tidak nyaman, nyeri, hingga gatal di area tenggorokan. Penderitanya bahkan sering merasa nyeri saat menelan.
Ilustrasi. Remaja Klaten, Jawa Tengah didiagnosis faringitis dan bronkitis akut akibat rutin nge-vape dan rokok konvensional. (iStock/Chinnapong)
|
Faringitis bisa disebabkan oleh pembengkakan di bagian belakang tenggorokan (faring). Letaknya ada di antara amandel dan kotak suara atau laring.
Kebanyakan faringitis terjadi saat pilek, flu, hingga yang disebabkan oleh virus Coxsackie atau Mononukleosis. Beberapa bakteri juga bisa menyebabkan seseorang mengalami penyakit ini, misalnya bakteri Streptokokus grup A.
Sementara bronkitis merupakan peradangan atau iritasi pada lapisan saluran bronkus, tepat di saluran pernapasan yang membawa udara dari tenggorokan ke paru-paru.
Jika bronkitis tidak ditangani dengan baik, akan timbul risiko lebih lanjut terjadinya pneumonia atau bronkopneumonia. Kedua kondisi tersebut biasanya ditandai dengan gejala nyeri dada, demam, hingga penurunan kesadaran.
(tst/asr)Rutin Nge-vape dan Rokok Biasa, Remaja Klaten Kena Penyakit Ini - CNN Indonesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar