JAKARTA, KOMPAS.com- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut, kisruh di internal partai yang melibatkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merupakan dinamika politik biasa.
"Apa yang menjadi sorotan media akhir-akhir ini terkait dengan misalnya yang terjadi di Jawa Tengah, bagi PDI Perjuangan, itu dinamika politik yang biasa," kata Hasto dalam sebuah diskusi yang digelar PARA Syndicate, Jumat (28/5/2021).
Menurut Hasto, dinamika serupa juga terjadi ketika PDI-P hendak mencalonkan sejumlah tokoh dalam pemilihan umum, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Baca juga: Pengamat: Ada Kekhawatiran Popularitas dan Elektabilitas Ganjar Halangi Elite PDI-P yang Lain
Antara lain pencalonan Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, serta Eri Cahyadi sebagai calon wali kota Surabaya pada Pilada 2020 lalu.
"Semua menunjukkan adanya dialektika di intenal PDI Perjuangan," kata Hasto.
Namun demikian, Hasto menegaskan, PDI-P memiliki mekanisme untuk menyelesaikan dinamika yang terjadi di internal partai.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
"Kami punya kultur, kami punya mekanisme kepemimpinan dalam mengarahkan dialektika tersebut bagi kesiapsiagaan partai dalam menyongsong pemilu," kata dia.
Seperti diketahui, Partai berlambang kepala banteng itu kini tengah didera isu perseteruan antara pengurus partai dengan Ganjar yang juga kader PDI-P.
Baca juga: Elektabilitas Ganjar Ungguli Puan, Bambang Wuryanto: Masih Bisa Berubah
Konflik itu mengemuka setelah Ganjar tidak diundang dalam acara pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di Kantor DPD PDI-P Jawa Tengah, Panti Marhaen, Semarang, Sabtu (22/5/2021).
Padahal, acara itu turut dihadiri oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Puan Maharani dan mengundang kader-kader PDI-P yang menjabat sebagai kepala daerah di Jawa Tengah.
Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengakui, Ganjar tidak diundang dalam acara itu karena ia menilai Ganjar terlalu berambisi untuk maju sebagai capres.
"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," ujar Bambang, Sabtu malam.
Sejumlah pengamat politik menilai, perseteruan ini merupakan bagian dari persaingan di internal PDI-P untuk memperebutkan tiket pencalonan pada Pilpres 2024 mendatang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai, Ganjar sengaja tidak diundang oleh PDI-P karena PDI-P ingin menjegal Ganjar yang elektabilitasnya mengungguli Puan.
Baca juga: Pengamat: Memang Apa Salahnya kalau Ganjar Ingin Jadi Capres?
Sementara itu, Puan yang merupakan putri Megawati merupakan sosok putri mahkota partai yang juga digadang-gadang akan dicalonkan pada Pilpres 2024 mendatang.
"Itu manuver penjegalan terhadap Ganjar. Dalam dalam politik itu biasa. Ganjar dianggap lebih baik dari Puan, lebih bagus dalam soal elektabilitas pencapresan, makanya Ganjar perlu dijegal," kata Ujang.
"Siapa pun yang lebih maju dan lebih bagus elektabilitasnya pasti akan dikunci dan dikerjai. Dan ini yang sedang terjadi pada Ganjar, dan Ganjar paham soal itu," kata dia.
Soal Kisruh Internal Terkait Ganjar, Sekjen PDI-P Sebut Dinamika Politik Biasa - Kompas.com - Nasional Kompas.com
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar