Bangkalan, Beritasatu.com - Budayawan Madura Ibnu Hajar menyoroti kebiasaan warga Madura Barat, khususnya Bangkalan-Sampang yang sudah terbiasa menenteng celurit ketika berpergian. Ibnu Hajar meminta agar Polres Bangkalan secara berkala dapat memberikan pemahaman aturan larangan membawa senjata tajam oleh warga.
"Terutama di wilayah Madura barat (Bangkalan-Sampang), warga bawa senjata tajam celurit di jalan ya banyak ditemui. Karena dalam bahasa maduranya nyekep, berarti untuk jaga-jaga. Ini tradisi yang saya pikir harus disadari bersama tidak benar," kata Ibnu Hajar kepada Beritasatu.com, Kamis (8/6/2023).
Sebelum insiden carok massal berdarah yang terjadi di Kecamatan Tanah Merah, di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Minggu (4/6/2023), Ibnu menerangkan beberapa waktu sebelumnya juga sempat terjadi adegan vulgar dimana sekelompok warga membawa senjata tajam dan melakukan aksi mengepung kantor kecamatan beberapa waktu lalu.
Advertisement
"Masa tidak ada undang-undang darurat di Bangkalan. Ayo kita sama-sama membangkitkan kesadaran komunal. Bahwa nenteng celurit di jalanan itu salah," imbuhnya.
Ibnu Hajar dalam kajiannya juga menguraikan, ada perbedaan tingkat emosi antara warga Madura yang tinggal di wilayah Barat dan Timur.
"Warga Madura timur seperti Sumenep dan Pamekasan cenderung lebih dingin atau tidak emosian. Mungkin karena dekat dengan Keraton yang notabene menjunjung tinggi nilai kedamaian. Nah yang di wilayah Barat ini, termasuk lokasi terjadinya konflik itu, memang karakter masyarakatnya lebih mudah emosi," ungkapnya.
Dalam kehidupan masyarakat Madura di masa lampau, carok kerap terjadi akibat perseteruan warga mengenai harga diri.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Carok Massal di Bangkalan, Budayawan: Warga Madura Barat Sudah Biasa Tenteng Celurit - BeritaSatu.com
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar