Manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai tameng untuk melindungi diri dari penyakit dan infeksi. Ia bakal melepaskan antibodi untuk menyerang sel asing yang masuk ke dalam tubuhmu, seperti virus, bakteri, jamur, racun, dan sel kanker. Sistem kekebalan tubuh pun dapat membedakan antara sel asing dan sel sehat dalam dirimu.
Sayangnya, kondisi demikian tidak terjadi pada pengidap autoimun. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuhmu secara keliru menyerang sel-sel sehat di organ dan jaringan tubuhmu sendiri, seperti persendian, kulit, atau bagian tubuh lain. Pada kelainan autoimun, sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara sel asing dan sel yang sehat.
Sejumlah orang mungkin tak sadar bahwa mereka mengidap autoimun, sebelum mereka benar-benar memeriksakannya ke dokter. Pasalnya, penyakit ini bisa menyerang siapa saja dengan gejala awalnya yang mirip sakit biasa.
Lantas, apa yang memicu munculnya penyakit autoimun dan bagaimana gejalanya? Berikut rangkumannya di bawah ini.
Apa Penyebab Penyakit Autoimun?
Faktor keturunan meningkatkan risiko penyakit autoimun/Foto: Freepik.com/1112000
Sampai saat ini, para ilmuwan dan dokter belum tahu persis penyebab sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan baik. Namun, beberapa orang lebih mungkin terkena penyakit autoimun dibandingkan yang lain. Beberapa teori pun menunjukkan jika autoimun bisa muncul setelah infeksi atau cedera.
Meski begitu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun, seperti dilansir dari Healthline:
- Jenis kelamin. Sekitar 78% penderita penyakit autoimun adalah perempuan. Perempuan dengan usia 15 sampai 44 tahun lebih mungkin terkena penyakit autoimun dibandingkan laki-laki.
- Riwayat keluarga. Seseorang lebih berisiko memiliki penyakit autoimun karena gen yang diturunkan.
- Faktor lingkungan. Paparan sinar matahari, merkuri, bahan kimia berbahaya, polusi, asap rokok, atau infeksi bakteri dan virus tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun.
- Nutrisi. Pola makan dan nutrisi dapat memengaruhi risiko dan tingkat keparahan penyakit autoimun.
- Obat-obatan tertentu. Beberapa obat dapat menyebabkan perubahan pada tubuh yang membingungkan sistem kekebalan tubuh.
- Berat badan. Mengutip laman Johns Hopkins Medicine, kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis atau psoriasis. Hal ini bisa jadi karena bertambahnya berat badan memberikan tekanan yang lebih besar pada persendian atau karena jaringan lemak menghasilkan zat yang memicu peradangan.
Apa Gejala Umum Penyakit Autoimun?
Kelelahan karena gejala autoimun kambuh/Foto: Freepik.com/jcomp
Ada lebih dari 100 penyakit autoimun yang berbeda. Sejumlah jenis yang paling umum di antaranya diabetes tipe 1, rheumatoid arthritis (RA), psoriasis, multiple sclerosis (MS), systemic lupus erythematosus (SLE)/lupus, penyakit iritasi usus besar, penyakit Graves, dan lain-lain.
Beberapa jenis autoimun hanya menyerang satu organ saja, tetapi pada kondisi lain ia memengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Artinya, gejala spesifik autoimun berbeda-beda tergantung pada jenis penyakit dan bagian tubuh yang terkena. Contohnya, penderita diabetes tipe 1 mungkin mengalami rasa haus yang ekstrem dan penurunan berat badan. Penyakit iritasi usus besar dapat menyebabkan kembung dan diare.
Tapi, ada beberapa gejala awal dari penyakit autoimun yang mungkin serupa. Mengutip WebMD hal itu mencakup:
- Kelelahan
- Pusing atau sakit kepala ringan
- Sering demam
- Nyeri dan bengkak sendi
- Pembengkakan kelenjar
- Ruam kulit
- Sakit perut atau masalah pencernaan
- Rambut rontok
Bisakah Pengidap Penyakit Autoimun Sembuh?
Penyakit autoimun psoriasis/Foto: Freepik.com/freepik
Gejala penyakit autoimun dapat datang dan pergi seiring berjalannya waktu. Selama kambuh, gejala mungkin menjadi parah untuk sementara waktu. Nantinya, gejala tersebut akan membaik atau hilang untuk jangka waktu tertentu.
Meski sebagian besar bersifat kronis dan tidak bisa disembuhkan, beberapa gejala autoimun bisa diobati. Selain itu, banyak juga penderitanya yang dapat hidup normal. Penyedia layanan kesehatan dapat membantumu mengetahui cara mengelola gejala sehingga kamu tetap bisa beraktivitas sehari-hari.
Namun, perihal kehamilan, merujuk Cleveland Clinic, beberapa penyakit autoimun dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk hamil dan ada pula yang berdampak buruk pada kehamilan.
****
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)
Mengenal Gejala dan Penyebab Penyakit Autoimun, Ternyata Gejalanya Mirip Sakit Biasa! - beautynesia
Ngelanjutin Artikel nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar